Beginilah Perjuangan Siswa Papua Belajar Membaca
Beginilah Perjuangan Siswa Papua Belajar Membaca. Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan Nusantara. Pendidikan di negara Indonesia setiap tahunnya mengalami perkembangan sedikit demi sedikit, hal itu disebabkan oleh banyaknya daerah-daerah terpencil yang masih sulit untuk dijangkau dan memiliki fasilitas pendidikan yang memadai. Papua adalah salah satu daerah yang sudah diketahui oleh kebanyakan masyarakat Indonesia bahhwa disana pendidikan serba terbatas. Bahkan guru yang mengajar juga terbatas jumlahnya.
Perjuangan Pengajaran siswa di Papua. Pendidikan di Papua memang terlihat memprihatinkan, dengan segala keterbatasannya minat anak-anak disana untuk belajar sudah masih kecil, Jumlah guru yang mengajarpun jumlahnya juga terbatas. Salah satu contohnya di SD Inpres 62 Gaya Baru, Manokwari, Papua Barat yang masih kekurangan guru. Bahkan kegiatan belajar mengajar tidak bisa dilaksanakan setiap hari, tergantung dari guru dan siswanya yang datang.
Tentunya kondisi tersebut dapat membuat hasil belajar siswa kurang maksimal. Dalam hal membaca saja kebanyakan dari mereka masih kurang lancar. Mereka malu apabila melihat orang asing datang dan berlari menjauh. "Sekarang sa su bisa baca! Baru, sa su berani cerita depan sa pu teman-teman ee (Sekarang saya sudah bisa membaca. Saya juga sudah berani bercerita di depan teman-teman)," ujar salah satu siswa kelas II, Agus Ainusi seperti di kutip dari okezone.com, Rabu (25/1).
Agus adalah salah satu siswa SD Inpres 62 Gaya Baru yang mulai bisa membaca. Itupun terwujud karena satu tahun terakhir ada serangkaian pelatihan guru di sekolah tersebut. Para guru mengadakan pelatihan mengajar dengan suasana gembira, membuat anak menjadi aktif dan berani bertanya, dan belajar bagaimana cara mengajari anak-anak di kelas awas agar bisa membaca dengan terampil.
"Kami menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) untuk mengajar anak-anak kelas awal. Untuk anak-anak yang lamban membaca kami gunakan Buku Bacaan Berjenjang (B3)," ujar salah satu guru, Satriani.
Beliau menjelaskan bahwa BPKP adalah salah satu buku paket untuk anak kelas 1-3 yang sengaja ditulis menggunakan bahasa Indonesia dialek Papua. Beberapa ilustrasi dan contoh-contoh di buku itu dipilih dari hal-hal yang ada di Papua, sehingga dapat dimengerti oleh anak-anak Papua. sedangkan B3 adalah buku paket bacaan untuk membantu belajar membaca.
Pendampingan dan pelatihan guru itu sendiri sudah berlansung selama satu tahun terakhir dengan dibantu juga oleh USAID Prioritas. Kepala Sekolah dari SD Inpres 62 Gaya Baru, Beatrix Krey mengatakan bahwa saat ini peningkatan mutu peserta didik adalah hal yang dibahas dalam pertemuan tiap dua minggu dengan para guru. Salah satunya yaitu kehadiran siswa.
Beatrix juga mengatakan bahwa jika ada siswa yang tidak hadir, maka ada guru yang ditugaskan untuk mengunjungi orang siswa tersebut. Apabila ada yang masih lambat dalam belajar, seperti belum bisa baca maka guru kelas harus memberikan perhatian dan pendampingan khusus.
Meskipun fasilitas untuk belajar membaca sangat terbatas, namun para siswa sudah mengalami berbagai kemajuan. Bahkan ada seorang guru bernama Dorman berinisiatf untuk menyediakan taman baca yang digunakan secara bergilir untuk proses belajar-mengajar.
ilustrasi: Siswa Papua belajar.foto: okezone |
Tentunya kondisi tersebut dapat membuat hasil belajar siswa kurang maksimal. Dalam hal membaca saja kebanyakan dari mereka masih kurang lancar. Mereka malu apabila melihat orang asing datang dan berlari menjauh. "Sekarang sa su bisa baca! Baru, sa su berani cerita depan sa pu teman-teman ee (Sekarang saya sudah bisa membaca. Saya juga sudah berani bercerita di depan teman-teman)," ujar salah satu siswa kelas II, Agus Ainusi seperti di kutip dari okezone.com, Rabu (25/1).
Agus adalah salah satu siswa SD Inpres 62 Gaya Baru yang mulai bisa membaca. Itupun terwujud karena satu tahun terakhir ada serangkaian pelatihan guru di sekolah tersebut. Para guru mengadakan pelatihan mengajar dengan suasana gembira, membuat anak menjadi aktif dan berani bertanya, dan belajar bagaimana cara mengajari anak-anak di kelas awas agar bisa membaca dengan terampil.
"Kami menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) untuk mengajar anak-anak kelas awal. Untuk anak-anak yang lamban membaca kami gunakan Buku Bacaan Berjenjang (B3)," ujar salah satu guru, Satriani.
Beliau menjelaskan bahwa BPKP adalah salah satu buku paket untuk anak kelas 1-3 yang sengaja ditulis menggunakan bahasa Indonesia dialek Papua. Beberapa ilustrasi dan contoh-contoh di buku itu dipilih dari hal-hal yang ada di Papua, sehingga dapat dimengerti oleh anak-anak Papua. sedangkan B3 adalah buku paket bacaan untuk membantu belajar membaca.
Pendampingan dan pelatihan guru itu sendiri sudah berlansung selama satu tahun terakhir dengan dibantu juga oleh USAID Prioritas. Kepala Sekolah dari SD Inpres 62 Gaya Baru, Beatrix Krey mengatakan bahwa saat ini peningkatan mutu peserta didik adalah hal yang dibahas dalam pertemuan tiap dua minggu dengan para guru. Salah satunya yaitu kehadiran siswa.
Beatrix juga mengatakan bahwa jika ada siswa yang tidak hadir, maka ada guru yang ditugaskan untuk mengunjungi orang siswa tersebut. Apabila ada yang masih lambat dalam belajar, seperti belum bisa baca maka guru kelas harus memberikan perhatian dan pendampingan khusus.
Meskipun fasilitas untuk belajar membaca sangat terbatas, namun para siswa sudah mengalami berbagai kemajuan. Bahkan ada seorang guru bernama Dorman berinisiatf untuk menyediakan taman baca yang digunakan secara bergilir untuk proses belajar-mengajar.
sumber: okezone.
0 Response to "Beginilah Perjuangan Siswa Papua Belajar Membaca"
Posting Komentar